Tips Menembus Scopus: Menulis dengan Strategi dan Bukti

Menulis artikel ilmiah dan diterima oleh jurnal bereputasi Scopus bukan hal yang mustahil. Namun,dibutuhkan lebih dari sekadar ide bagus. Diperlukan strategi yang matang dan dukungan bukti ilmiahyang kuat untuk dapat menembus filter ketat jurnal-jurnal tersebut.

  1. Pilih Topik yang Relevan dan Sedang Naik Daun:Topik yang hangat dan relevan secara global lebih menarik bagi editor dan reviewer.Misalnya, di bidang manajemen dan ekonomi, tema seperti “Digital Transformation inSMEs”, “Sustainable Business Practices”, atau “Post-pandemic Consumer Behavior” saat inisedang banyak dicari. Contoh nyatanya: Artikel berjudul “The Impact of Digitalization onBusiness Performance in Emerging Markets” baru-baru ini diterbitkan di Journal of BusinessResearch (Q1, Scopus-indexed).
  2. Tentukan Jurnal yang Sesuai dan Hindari ‘Tembak Sembarangan’: Pastikan jurnal tujuan sesuai dengan topikmu. Misalnya, jika kamu menulis tentang teknologipendidikan, pilihlah jurnal seperti:
    • Education and Information Technologies (Springer, Q1)
    • Computers & Education (Elsevier, Q1)Hindari mengirim artikel ke jurnal yang tidak sesuai fokusnya karena hampir pasti akanditolak bahkan sebelum masuk tahap review.
  3. Bangun Struktur Artikel IMRaD yang Solid: Struktur Introduction – Method – Results – and Discussion (IMRaD) harus menjadi kerangkadasar penulisanmu. Setiap bagian harus saling mendukung dan menjawab pertanyaan risetdengan jelas. Contoh:
    • Di bagian Introduction, tampilkan gap penelitian: “While many studies have exploreddigital marketing in developed economies, few have investigated its impact in ruralIndonesia.”
    • Di Method, gunakan metode kuantitatif/qualitatif yang bisa diulang atau dikritisi.
    • Di Discussion, bandingkan hasilmu dengan artikel sebelumnya dari jurnal bereputasi.
  4. Tunjukkan Bukti dan Data yang Kuat: Artikel ilmiah bukan tempat opini tanpa dasar. Sertakan data asli, statistik, grafik, danperbandingan dengan hasil studi sebelumnya. Reviewer akan bertanya: “Apakah hasil ini bisadipertanggungjawabkan?”Gunakan alat analisis seperti:
    • SPSS, NVivo, R, atau Python (untuk big data atau machine learning)
    • Survey terstruktur dan wawancara mendalam
  5. Perkuat dengan Sitasi Terkini dari Sumber BereputasiPastikan sebagian besar referensimu berasal dari jurnal bereputasi dalam 5–7 tahun terakhir.Hindari sumber-sumber blogspot, Wikipedia, atau jurnal predator. Contoh Jurnal Bereputasi(semua terindeks Scopus):
    • Journal of Cleaner Production (Elsevier)
    • Sustainability (MDPI)
    • IEEE Access (IEEE)Heliyon (Cell Press, cocok untuk multidisiplin)Gunakan tools seperti Scopus Preview atau Scimago Journal Rank (SJR) untuk mengecekreputasi jurnal.
  6. Tulis dengan Bahasa Ilmiah yang Jelas dan Konsisten: Jika kamu menulis dalam bahasa Inggris, gunakan grammar yang tepat, kalimat aktif, danistilah teknis yang konsisten. Banyak artikel bagus ditolak hanya karena tulisannya sulitdipahami atau terlalu berbelit.Gunakan bantuan:
    • Grammarly Premium
    • Quillbot (untuk parafrase akademik)
    • Atau jasa proofreading academic profesional
  7. Konsultasikan dan Revisi dengan Mentor atau Rekan Sejawat: Sebelum dikirim, mintalah pendapat dari pembimbing atau peneliti lain. Koreksi dari merekabisa menyelamatkan artikel dari kesalahan mendasar.
  8. Hindari Jurnal Predatory dan Cek Keaslian: Sebelum mengirim, pastikan jurnal tersebut benar-benar terindeks Scopus dan bukan jurnalpredator. Cek:
    • https://www.scopus.com/sources
    • https://beallslist.net/Jangan lupa cek plagiarisme.

Gunakan Turnitin atau iThenticate. Skor aman biasanya dibawah 15%.Menembus Scopus Butuh Strategi dan KonsistensiBanyak peneliti muda gagal bukan karena tidak pintar, tapi karena kurang strategi dan terburu-burusubmit. Mulailah dari sekarang dengan perencanaan matang, baca banyak artikel berkualitas, danbiasakan merevisi tulisanmu.

💡 Ingat: Artikel hebat bukan yang cepat ditulis, tapi yang matang dibentuk.

Penulis: Windi Alfaisa